Rabu, 13 Februari 2008

sejarah dan politik kekuasaan


"Pelajarilah masa lalu kalau mau meramalkan masa depan" Demikian kata orang bijak

Mungkin kata atau tulisan tersebut membuat orang ingin lebih tahu tentang masa lalu dan mempelajari ilmu sejarah. Namun pada kenyataannya ,penulisan sejarah seringkali didasari atas keinginan oleh pihak yang berkuasa.Keadaan ini dikhawatirkan akan membuat menutup kebenaran sejarah tersebut.

Belajar pada penulisan sejarah peristiwa G.30S ,yang banyak menuai kontroversi.sebab ada pihak pihak yang pro dan kontra atas penulisan buku sejarah itu.

Bahkan hal ini banyak tokoh sejarah ,saksi sejarah,pengamat,guru yang dinilai cukup mengetahui peristiwa tersebut yang menolak sejarah G30S versi pemerintah Orde Baru yang oleh sebagian kalangan disebut juga sebagai rezim militer Soeharto.

Kasus lainnya adalah dengan ditemukannya arsip atau rekaman lagu Indonesia raya yang asli diperpustakaan leiden ,Belanda.Dan yang aneh adalah mengapa selama inidalam berbagai buku pelajarah sejarah Indonesia hal ini tidak tercatat.Sejarah kita juga tidak mencatat berapa banyak korban yang terbunuh/dibunuh dalam upaya membasmi Partai Komunis Indonesia.

Sejarah Indonesia juga tidak punya catatan yang jelas mengenai pahlawan pemberontakan peta diBlitar, seperti Supriyadi.Dimana atau disebabkan apa dia tewas/meninggal atau dimana makamnya?

Demikian juga tentang catatan sejarah Oerip Sumohardjo.Ia punya peran penting dalam revolusi fisik dalam mempertahankan kemerdekaan,namun jejak sejarahnya hilang dalam catatan sejarah Indonesia.Kapan Ia meninggal dan dimana ia dimakamkan juga banyak dari kita yg Tidak mengetahuinya.

Sejarah Tan Malaka kita ketahui hanya dari para penulis atau buku dari luar negeri anehkan…! Oleh orang asing ia dianggap pahlawan besar (Che Guevara asia) bagi perjuangan Indonesia, tapi diIndonesia sendiri ia sepertinya terlupakan/dilupakan.

Sejarah Ditulis atas keinginan penguasa,dan bagi yang menulis diluar keiginannya dianggap illegal atau tidak dapat dipertanggung jawabkan atau haram!

Sudah selayaknya sejarah ditulis apa adanya,agar tidak ada lagi pembengkokkan yang mengakibatkan lenyapnya sebuah informasi dari masalalu.

0 komentar:

Posting Komentar